SANTRI PEREMPUAN; SETEGAR HAJAR DAN SETEGUH RABIAH ADAWIYYAH*

*SANTRI PEREMPUAN; SETEGAR HAJAR DAN SETEGUH RABIAH ADAWIYYAH*
_Wejangan Masyayikh ketika Haflah Pondok Putri Hidayatul Mubtadiaat Lirboyo Kediri_

_Hormati perempuan, dan bahagian mereka_

Perempuan, kalau dididik sejak kecil, sehingga saat ia tumbuh dewasa menjadi shalihah, dia akan menjadi jembatan bagi orangtuanya menuju surga. Saat ia menikah, ia menjadi harapan bagi suaminya untuk menyempurnakan agamanya. Karena tanpa menikah, agama seorang lelaki masih separuh.

Saat ia hamil kemudian melahirkan, saat itu juga Allah memberikan hadiah istimewa. Surga dengan berbagai kemewahannya diletakkan di bawah kakinya.
*Al jannatu tahta aqdaamil ummahaat*--(Syurga berada di bawah telapak kaki/ridho IBU).

Sunggu istimewa kalian, Kecil jadi jembatan menuju surga, menikah menjadi penyempurna agama, dan saat mempunyai anak, surga di bawah telapak kakinya.

Maka, jangan sembarangan dengan perempuan. Kalau perempuannya  (baik), yang lain akan ikut baik. Kalau tidak baik, yang lain juga ikut tidak baik. Rasul pernah bersabda:

كيف بكم لو طاغت نسائكم وفسد شبابكم وتركتم جهادكم
"Bagaimana kehidupanmu nanti jika para perempuanmu berbuat onar, para pemudamu rusak, dan orang-orang tua seperti kalian enggan berjuang, berjihad?"

Jadilah santri perempuan yang kuat dan tegar. Siti Hajar ditinggal Nabi Ibrahim kembali ke Palestina. Padahal, Nabi Ismail masih bayi. Masih merah. “Siti Hajar, aku akan kembali ke Palestina, dan meninggalkanmu di sini.” Siti Hajar balik bertanya, “Wahai Nabi, siapa yang memerintahkanmu. Allah, atau keinginanmu sendiri?” “Allah yang menyuruhku. Tapi aku khawatir bagaimana nanti keadaanmu.” Siti Hajar dengan tegar menjawab, “jika memang begitu, janganlah engkau khawatir. Dia yang menyuruhmu akan menjagamu, dan akan menjagaku dan anakku.”

Kalian harus tegar dalam keimanan. Lihatlah!!. Air zamzam adalah buah dari keimanan dan keyakinan seorang perempuan. Sampai sekarang, ia bisa dinikmati oleh berjuta-juta umat manusia.

Banyak sejarah yang dimulai oleh seorang wanita. Siti Hajar adalah penghuni tanah haram pertama. Siti Khadijah, orang yang pertama kali iman kepada Rasulullah. Sahabat Sumaiyah menjadi orang yang mati syahid pertama kali. Keluarga Sumaiyah mendapat siksaan dari kaum kafir. Sangat berat siksaannya. Sampai wafat, Sumaiyah tetap teguh memeluk agama Islam. Rasulullah sendiri berkaca-kaca mendengar cerita ini. Sampai-sampai, Ammar (putra Yasir dan Sumaiyah) yang menyerah dan berpura-pura mengaku kafir, diampuni oleh Rasulullah. Itu karena saking beratnya siksaan.

Hasan Al-Basri tidak hanya hidup sezaman dengan Rabiah Adawiyah. Ia, dalam satu waktu, berkunjung ke rumah Rabiah. Keperluan mulia mengantarnya: melamar sang wali. Rabiah tak menampiknya. Hanya, ia memohon kepada Hasan Al Basri untuk menjawab tiga keresahannya. “ada dua nilai yang mengiringi kematian manusia: Husnul khatimah, dan su’ul khatimah. Nilai manakah yang aku peroleh?”
Al Basri hanya diam. “Lalu yang mulia. Manusia pada akhirnya akan hidup kekal pada dua rumah: surga atau neraka. Rumah manakah yang aku akan diami?” Al Basri memejam. Bagaimana bisa manusia menentukan hak Tuhan? “Di hari akhir nanti, rapor nilai manusia akan dibagikan. Wahai Hasan Al Basri, bilamanakah aku? kuterima dengan tangan kanan, ataukah kiri?” Tiga pertanyaan ini membuat enggan Al Basri untuk melamar Rabiah.

Indonesia sekarang membutuhkan banyak muballighaat. Bukan muballigh hot. Kehadiran para muballigh pria tidaklah cukup. Karena demikian banyak permasalahan wanita, yang para pria akan sulit untuk menjelaskannya. Dan akan sangat baik jika para santri putri ketika kembali ke rumah, menata permasalahan demi permasalahan yang dialami wanita-wanita di lingkungannya. Bangun majelis Ibu-Ibu, majelis remaja putri. Bangun jiwa religius mereka.

"Kalian adalah sumber kebahagiaan keluarga kalian dan sumber kebahagiaan masyarakat kalian"

_Wallahu a'lam bisshowab_

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Sajak Rindu (#30DWC KE 14)

Perihal Sebuah Perasaan

Untuk hari ini